penulis, artikel

Minggu, 17 Oktober 2010

Menjala laba dari waralaba roti jala

Diposting oleh agus

Waralaba roti agaknya masih menjadi bisnis yang menggiurkan bagi sebagian pebisnis. Buktinya, jaringan waralaba roti di negeri ini terus bermunculan.Yang teranyar adalah waralaba Roti Jala J'Vla. Waralaba ini baru ditawarkan pemiliknya pada Juli tahun ini. Kendati pemain baru di bisnis ini, Roti Jala J'Vla mengklaim berhasil memikat hati konsumen. Dana Prihadi, pemilik waralaba Roti Jala J'Vla, mengklaim, pesatnya perkembangan usahanya didukung produk roti Jala J'Vla yang memiliki rasa khas dan keunikan. "Selain itu, bisnis saya ini adalah waralaba roti jala pertama di Indonesia," imbuhnya berpromosi.

Roti Jala J'Vla mempunyai beragam rasa sesuai selera pembelinya. Ada sekitar tujuh pilihan rasa, yakni rasa daging sapi, pisang, stroberi, cokelat, sarden, rainbow ice, kari ayam, dan kari kambing. Sesuai dengan namanya, bentuk roti Jala J'Vla juga unik. Jika umumnya wujud roti berbentuk kotak atau bulat, rupa roti Jala J'Vla berlubang-lubang seperti sebuah jala atau jaring nelayan. Selain itu, roti ini juga disajikan dengan tambahan topping yang membuatnya tampil lebih memikat. Tambahan topping bisa disesuaikan dengan selera pembeli. "Jika mencoba pasti akan ketagihan. Selain rasanya enak, roti ini juga lentur dan gurih," kata Dana, masih berpromosi.

Sesungguhnya roti jala berasal dari India. Namun, Dana mengembangkan lagi wujud asli roti tersebut, baik dari segi tampilan maupun rasa. "Aslinya pakai kari ayam dan kambing. Tapi, saya memadukan rasa yang lain," katanya. Investasinya Rp 6 juta. Menurutnya, saat ini masih banyak calon investor yang berminat menekuni usaha roti jala. "Setelah Lebaran ini, ada mitra yang mau membuka gerai Jala J'Vla," katanya.

Dana menambahkan, usaha ini tidak membutuhkan biaya mahal. Bagi calon mitra yang berminat membuka usaha roti Jala J'Vla hanya perlu mennyediakan total biaya investasi awal sebesar Rp 6 juta. Biaya sebesar itu untuk pembelian booth dan perlengkapannya, seragam pegawai, banner, serta biaya pelatihan. "Biaya itu sudah termasuk franchise fee lima tahun," ujarnya. Yang menarik, Dana juga menerapkan sistem master franchise dengan investasi sebesar Rp 15 juta. Asal tahu saja, tidak semua perlengkapan usaha mitra dipenuhi kantor pusat Jala J'Vla. Contohnya adonan roti dan sejumlah item bahan baku lain. Selain itu, isi roti seperti daging sapi atau bahan lainnya juga diserahkan kepada calon mitra untuk membeli di daerah masing-masing.

Kebijakan itu diterapkan pengelola Jala J'Vla demi menekan besarnya biaya produksi para mitra. Maklum, target pasar yang dibidik Jala J'Vla adalah semua lapisan masyarakat. Karena itu, harga jual roti Jala J'Vla hanya berkisar Rp 4.000-Rp 8.000, tergantung isi roti yang dipilih pembeli.

Dana mengaku, selama dua bulan ini penjualan roti jala di gerai mitra cukup memuaskan. Dari penjualan roti yang ditargetkan 100 potong per hari, beberapa mitranya bisa menjual 160 hingga 200 potong roti jala. "Ada mitra saya yang omzetnya mencapai Rp 24 juta sebulan," katanya. Wulan, mitra Roti Jala J'Vla di Yogyakarta, mengaku, dalam sehari minimal bisa menjual 50 potong roti. Dari penjualan sebanyak itu, dia meraup omzet sekitar Rp 1 juta per hari. Tingginya pendapatan itu lantaran harga jual roti lebih tinggi dari taksiran Dana, yakni Rp 12.500 per potong. "Harga roti saya lebih mahal karena gerai berada di mal yang kena pajak," ujar Wulan.

Posts Relacionados:

1 Komentar:

agus mengatakan...

Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Posting Komentar

Blog ini blog dofollow. Semua komentar anda akan kami arahkan ke Search engine. Komentar yang rapi, harap jangan Spam OK?


Submit artikel | Jasa Penulisan Artikel | Support By:Lowongan Penulis | Lowongan Kerja Penulis